Dua puluh tahun
yang lalu lahir seorang anak laki-laki dari sebuah keluarga sederhana. Dia diberi nama yang sangat bagus oleh kedua
orang tuanya, mungkin agar perbuataannya baik sebagus namanya. Anak tersebut
tumbuh di lingkungan yang sangat sederhana
namun dengan kasih sayang yang sangat besar dari keluarganya. Ibunya
selalu mengajarkan kesabaran, ketaqwaan, dan ketabahan dalam menjalani hidup di
dunia. Meskipun terlahir sebagai anak yang kurang mampu tapi anak tersebut
mampu bersaing dalam hal pelajaran disekolahnya. Ibunya yang setia dengan sabar
mendidik putranya tersebut sangat bangga kepadanya. Anak tersebut sangat
berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun sedikit nakal, maklum tingkah laku
anak kecil. Anak tersebut memiliki cita-cita yang sangat tinggi untuk menjadi
orang yang sukses agar bisa mengangkat derajat keluarganya.
Semasa kecil anak tersebut suka sekali
membantu orang tuanya terutama ibunya , untuk mengisi waktu luangnya, setiap
sore dia selalu ikut ibunya menggembala kambing sambil bermain dengan
teman-teman sebayanya. Kadang juga dia ikut bapaknya ke sawah meskipun hanya
sekedar untuk mengetahui betapa sulitnya mencari nafkah demi kelangsungan
kehidupan keluarganya. sesekali dia meminta barang-barang seperti mainan kepada
bapaknya, namun karena keterbatasan ekonomi hanya sedikit keinginannya yang
bisa terpenuhi. Sejak saat itu dia berambisi belajar dengan tekun untuk
mencapai citan-citanya. Memang usaha tidak meng khianati hasil, dia selalu
mendapat juara satu dikelasnya selama sekolah dasar sampai dia tamat. Kadang dia juga ditunjuk
untuk mewakili sekolahnya berbagai macam lomba tingkat kecamatan, kabupaten.
Satu kali dia pernah mewakili kabupaten tempat dia tinggal untuk mengikuti
lomba SAINS tingkat provinsi. Kedua orang tuanya sangat bangga dengannya
meskipun kalah dalam ajang kompetisi tersebut.
Seiring
berjalannya waktu semakin beranjak remaja anak tersebut. Dia yang dulunya
sangat lucu menggemaskan menjelma menjadi remaja yang mandiri dan bertanggung
jawab. Dulu, ibunya yang menggembala kambing, sekarang dia yang menggantikannya
mungkin karena dia sadar betapa beratnya mejadi ibu rumah tangga, jadi dia
mencoba mengurangi beban pekerjaan ibunya. Setiap pulang sekolah dia mencari
rumput untuk makan kambingnya menerjang teriknya matahari. Belum lagi setiap
sore dia harus menggembala kambing-kambingnya di sela-sela aktivitasnya bermain
dengan temannya. Semua dilakukannya dengan hati yang senang, dan digunakan
pelajaran bagi dirinya sendiri untuk menjadi pribadi yang mandiri. Ketika dia
mulai merasa bosan dan penat dia selalu ingat dan berfikir betapa lebih
susahnya menjadi kedua orang tuanya dulu mendidik dan membesarkannya hingga
sekarang ini.
Sampai pada akhirnya kambing-kambingnya harus dijual ketika dia berada di bangku
kelas dua SMK karena harus membiayai biaya study tour yang diadakan sekolahnya.
Sebenarnya dia sangat berat melepaskan hewan peliharaannya tersebut karena dia
telah memeliharanya sejak dari lahir
sampai besar-besar. Namun dia sangat senang dan bangga sekali karena dia
bisa membiayai sekolahnya sendiri tanpa perlu meminta bantuan kepada kedua
orang tuanya. Setelah dia lulus sekolah
dia pun bingung akan melanjutkan kemana bekerja atau melanjutkan kuliah,
melihat kondisi ekonomi orang tuanya
yang semakin buruk karena bapaknya sering jatuh sakit yang menyebabkan jarang
bekerja. Ditambah lagi bapaknya sudah kurang dua tahun lagi pensiun.
Akhirnya atas saran dari kakaknya dia disuruh
mencoba mengikuti seleksi salah satu sekolah tinggi kedinasan untuk mengurangi
beban kuliah. Disamping biayanya yang gratis diharapkan setelah lulus dia bisa
langsung mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya agar nantinya bisa
menggantikan peran kedua orang tuanya
menjadi tulang punggung keluarga, apalagi adiknya masih ada dibangku sekolah
dasar, yang sangat tergantung dengan kakaknya tersebut. Dia pun belajar
bersungguh-sungguh seusai menjalani Ujian Akhir Nasional. Selama tiga bulan
menganggur seusai UAN sambil belajar dia juga membantu bapaknya merawat
sawahnya yang ditanami padi dan jagung. Aktivitasnya tersebut dilakukannya
terus menerus sampai dia mengikuti test yang ditunggu-tunggunya.
Setelah test
dilalui dengan harap-harap cemas dia menunggu hasil pengumuman tersebut dan
sampai akhirnya dia gugur di tahap pertama, mungkin belum rezekinya. Namun dia
tidak patah semangat, dia bertekad untuk ikut lagi tahun depan dilihat lagi
umurnya masih cukup memenuhi syarat pendaftaran tersebut. Selama menunggu
pendaftaran tahun depan dia mencoba mencari pekerjaan untuk mengisi waktu
luangnya, kebetulan dia mempunyai teman di sebuah perusahaan tempat dia magang
dulu pada saat sekolah. Dia meminta bantuan untuk mencarikan pekerjaan hingga
akhirnya dia diterima di sebuah vendor yang bergerak dibidang jasa teknisi
jaringan. Semua pekerjaannya dilakukan dengan sangat baik, dia sangat cepat
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya meskipun dia yang termuda dari para
teman-temannya.
Setahun berlalu
dia bekerja sangat keras sampai dengan dibuka lah pendaftaran sekolah yang
pernah dia ikuti tahun lalu.dia mulai belajar disela-sela aktivitasnya bekerja
meski sangat sedikit sekali waktunya dia tetap optimis bisa lulus dalam ujian
kali ini. Sampai test tahap pertama dia lalui dan lulus, kemudian dia lanjut ke
test tahap berikutnya. Para keluarga dan teman-teman kerjanya ikut mendukung
dia untuk terus berjuang menggapai apa yang dia inginkan. Dan akhirnya usaha,
kesabaran dan niat yang tulus sekali
lagi tidak mengkhianati hasil, dia pun lulus semua test dan diterima menjadi
mahasiswa baru di sekolah tinggi yang dia inginkan. Betapa senangnya dia dan
betapa bangganya keluarganya terhadapnya.
Ternyata Allah mendengar do’anya dan kedua orang tuanya. Disisi lain dia
juga bangga terhadap dirinya sendiri karena dia yang dulunya berasal dari
keluarga yang ekonominya rendah ternyata juga bisa menjadi orang yang mampu bersaing dengan orang-orang yang berada
diatasnya.
Melihat semua
perjuangan yang pernah dilewatinya ,dia sangat bersyukur bisa tumbuh di
keluarga yang sederhana karena dari situ dia banyak belajar tidak hanya ilmu
pengetahuan semata namun dia juga belajar menjadi orang yang harus berusaha
dari nol dan kerja keras untuk mencapai sebuah kesuksesan, banyak pelajaran
yang sangat berharga yang tidak bisa didapatkannya hanya dengan menjalani
sekolah formal, meskipun dia masih belum mencapai kesuksesan yang sebenarnya
yaitu menggantikan kedua orang tuanya menjadi tulang punggung keluarga dan
membuat mereka bahagia.