Labels

captured♥ (7) diary (13) friends (5) Idol (1) paramore (1) quiz (3) quotes (4) school♥ (2) Spectrom♥ (8)

Monday, June 29, 2015

Nikmatnya Hidup Sederhana - Rohikim Mahtum


Dua puluh tahun yang lalu lahir seorang anak laki-laki dari sebuah keluarga sederhana.  Dia diberi nama yang sangat bagus oleh kedua orang tuanya, mungkin agar perbuataannya baik sebagus namanya. Anak tersebut tumbuh di lingkungan yang sangat sederhana  namun dengan kasih sayang yang sangat besar dari keluarganya. Ibunya selalu mengajarkan kesabaran, ketaqwaan, dan ketabahan dalam menjalani hidup di dunia. Meskipun terlahir sebagai anak yang kurang mampu tapi anak tersebut mampu bersaing dalam hal pelajaran disekolahnya. Ibunya yang setia dengan sabar mendidik putranya tersebut sangat bangga kepadanya. Anak tersebut sangat berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun sedikit nakal, maklum tingkah laku anak kecil. Anak tersebut memiliki cita-cita yang sangat tinggi untuk menjadi orang yang sukses agar bisa mengangkat derajat keluarganya.
 Semasa kecil anak tersebut suka sekali membantu orang tuanya terutama ibunya , untuk mengisi waktu luangnya, setiap sore dia selalu ikut ibunya menggembala kambing sambil bermain dengan teman-teman sebayanya. Kadang juga dia ikut bapaknya ke sawah meskipun hanya sekedar untuk mengetahui betapa sulitnya mencari nafkah demi kelangsungan kehidupan keluarganya. sesekali dia meminta barang-barang seperti mainan kepada bapaknya, namun karena keterbatasan ekonomi hanya sedikit keinginannya yang bisa terpenuhi. Sejak saat itu dia berambisi belajar dengan tekun untuk mencapai citan-citanya. Memang usaha tidak meng khianati hasil, dia selalu mendapat juara satu dikelasnya selama sekolah dasar  sampai dia tamat. Kadang dia juga ditunjuk untuk mewakili sekolahnya berbagai macam lomba tingkat kecamatan, kabupaten. Satu kali dia pernah mewakili kabupaten tempat dia tinggal untuk mengikuti lomba SAINS tingkat provinsi. Kedua orang tuanya sangat bangga dengannya meskipun kalah dalam ajang kompetisi tersebut.
Seiring berjalannya waktu semakin beranjak remaja anak tersebut. Dia yang dulunya sangat lucu menggemaskan menjelma menjadi remaja yang mandiri dan bertanggung jawab. Dulu, ibunya yang menggembala kambing, sekarang dia yang menggantikannya mungkin karena dia sadar betapa beratnya mejadi ibu rumah tangga, jadi dia mencoba mengurangi beban pekerjaan ibunya. Setiap pulang sekolah dia mencari rumput untuk makan kambingnya menerjang teriknya matahari. Belum lagi setiap sore dia harus menggembala kambing-kambingnya di sela-sela aktivitasnya bermain dengan temannya. Semua dilakukannya dengan hati yang senang, dan digunakan pelajaran bagi dirinya sendiri untuk menjadi pribadi yang mandiri. Ketika dia mulai merasa bosan dan penat dia selalu ingat dan berfikir betapa lebih susahnya menjadi kedua orang tuanya dulu mendidik dan membesarkannya hingga sekarang ini.
 Sampai pada akhirnya kambing-kambingnya  harus dijual ketika dia berada di bangku kelas dua SMK karena harus membiayai biaya study tour yang diadakan sekolahnya. Sebenarnya dia sangat berat melepaskan hewan peliharaannya tersebut karena dia telah memeliharanya sejak dari lahir  sampai besar-besar. Namun dia sangat senang dan bangga sekali karena dia bisa membiayai sekolahnya sendiri tanpa perlu meminta bantuan kepada kedua orang  tuanya. Setelah dia lulus sekolah dia pun bingung akan melanjutkan kemana bekerja atau melanjutkan kuliah, melihat kondisi ekonomi orang  tuanya yang semakin buruk karena bapaknya sering jatuh sakit yang menyebabkan jarang bekerja. Ditambah lagi bapaknya sudah kurang dua tahun lagi  pensiun.       
 Akhirnya atas saran dari kakaknya dia disuruh mencoba mengikuti seleksi salah satu sekolah tinggi kedinasan untuk mengurangi beban kuliah. Disamping biayanya yang gratis diharapkan setelah lulus dia bisa langsung mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya agar nantinya bisa menggantikan peran kedua orang  tuanya menjadi tulang punggung keluarga, apalagi adiknya masih ada dibangku sekolah dasar, yang sangat tergantung dengan kakaknya tersebut. Dia pun belajar bersungguh-sungguh seusai menjalani Ujian Akhir Nasional. Selama tiga bulan menganggur seusai UAN sambil belajar dia juga membantu bapaknya merawat sawahnya yang ditanami padi dan jagung. Aktivitasnya tersebut dilakukannya terus menerus sampai dia mengikuti test yang ditunggu-tunggunya.
Setelah test dilalui dengan harap-harap cemas dia menunggu hasil pengumuman tersebut dan sampai akhirnya dia gugur di tahap pertama, mungkin belum rezekinya. Namun dia tidak patah semangat, dia bertekad untuk ikut lagi tahun depan dilihat lagi umurnya masih cukup memenuhi syarat pendaftaran tersebut. Selama menunggu pendaftaran tahun depan dia mencoba mencari pekerjaan untuk mengisi waktu luangnya, kebetulan dia mempunyai teman di sebuah perusahaan tempat dia magang dulu pada saat sekolah. Dia meminta bantuan untuk mencarikan pekerjaan hingga akhirnya dia diterima di sebuah vendor yang bergerak dibidang jasa teknisi jaringan. Semua pekerjaannya dilakukan dengan sangat baik, dia sangat cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya meskipun dia yang termuda dari para teman-temannya.
Setahun berlalu dia bekerja sangat keras sampai dengan dibuka lah pendaftaran sekolah yang pernah dia ikuti tahun lalu.dia mulai belajar disela-sela aktivitasnya bekerja meski sangat sedikit sekali waktunya dia tetap optimis bisa lulus dalam ujian kali ini. Sampai test tahap pertama dia lalui dan lulus, kemudian dia lanjut ke test tahap berikutnya. Para keluarga dan teman-teman kerjanya ikut mendukung dia untuk terus berjuang menggapai apa yang dia inginkan. Dan akhirnya usaha, kesabaran dan niat yang tulus  sekali lagi tidak mengkhianati hasil, dia pun lulus semua test dan diterima menjadi mahasiswa baru di sekolah tinggi yang dia inginkan. Betapa senangnya dia dan betapa bangganya keluarganya terhadapnya.  Ternyata Allah mendengar do’anya dan kedua orang tuanya. Disisi lain dia juga bangga terhadap dirinya sendiri karena dia yang dulunya berasal dari keluarga yang ekonominya rendah ternyata juga bisa menjadi orang yang  mampu bersaing dengan orang-orang yang berada diatasnya.
Melihat semua perjuangan yang pernah dilewatinya ,dia sangat bersyukur bisa tumbuh di keluarga yang sederhana karena dari situ dia banyak belajar tidak hanya ilmu pengetahuan semata namun dia juga belajar menjadi orang yang harus berusaha dari nol dan kerja keras untuk mencapai sebuah kesuksesan, banyak pelajaran yang sangat berharga yang tidak bisa didapatkannya hanya dengan menjalani sekolah formal, meskipun dia masih belum mencapai kesuksesan yang sebenarnya yaitu menggantikan kedua orang tuanya menjadi tulang punggung keluarga dan membuat mereka bahagia.

Tuesday, June 16, 2015

Terimakasih, Semesta. Terimakasih, Tuhan.

Maret 2015

Bulan Maret merupakan bulan-bulan krusial bagi kami, mahasiswa di salah satu sekolah tinggi. Karena di bulan ini genap setengah tahun kami berada di kota perantauan dan pada bulan ini juga kami mendapatkan jatah liburan selama dua minggu sebelum pengumuman Indeks Prestasi, atau sering disebut IP. Liburan dua minggu ini akan menjadi liburan yang sangat padat dan bermanfaat bagi kami yang tetap berada di kota perantauan maupun yang pulang kampung.

Di minggu-minggu pertama kami yang berada di kota perantauan disibukkan dengan acara sosialisasi ke Sekolah Menengah Atas di daerah kami. Kegiatan itu berjalan lancar, karena lumayan banyak dari siswa-siswi SMA tersebut yang tertarik dengan sekolah kami. Selang beberapa hari setelah acara sosialisasi tersebut selesai, aku, keempat teman sekosku, serta beberapa temanku yang lain merealisasikan planning liburan kami yang sempat tertunda.

Planning-planning kami seperti menjelajah kota perantauan, menonton film bersama di kos, atau bahkan hanya sekadar berkumpul dan bercerita hingga larut malam. Untuk menjelajah kota perantauan, kami pergi dari satu tempat ke tempat lain yang belum pernah kami kunjungi bahkan ke tempat yang sedang booming di kota perantauan kami ini. Kadang juga kami berwisata kuliner, tentu saja kuliner dengan harga yang pas dengan kantong mahasiswa. Yang jelas, liburan kali ini terasa sangat menyenangkan bagiku.

Namun entah kenapa disisi lain aku merasa sedih, baper, cemburu, dan campur aduk. Aku tak mengerti dengan perasaanku ini, aku merasakan itu kepada salah seorang sahabatku. Iya, dia memang sosok yang baik kepada siapapun dan menyenangkan. Tapi entah kenapa dengan sifatnya yang seperti itu aku merasa kurang nyaman. Aku merasa tidak hanya aku yang diberikan perhatiannya, merasa tidak spesial. Perasaanku semakin menjadi-jadi. Aku sering marah tanpa alasan saat melihat dia sangat akrab dan asik dengan sahabat wanitaku. Tuhan, perasaan apakah ini?